Sabtu, 17 Juli 2021

EDISI...,

Kali ini dan kali yang lain, eh...bukan kali yang membawa alirannya dengan bebas mengikuti aturan alam mengalir dari hulu ke hilir, dari dataran tinggi ke dataran rendah, dari sumber menuju ke muara. Tapi kali ini berarti saat ini dan saat lalu dimana kondisi tak menentu terhadap aktivitas manusia di akibatkan pandemi covid 19 yang kadang naik dan kadang turun, kadang buka dan juga tutup. Beragam istilah baru di terapkan mulai dari lockdown wilayah, PSBB, PPKM dan masih banyak lagi istilah yang akan lahir. Mengapa saya tak menuliskan kepanjangannya karena keyakinanan saya bahwa istilah tersebut telah menjadi konsumsi sehari-hari dimana pemberitaan begitu masif memberitakan mengisi ruang dengar kita sehari-hari mulai dari ruang makan, ruang tidur hingga mungkin ruang tagihan🤣🤣🤣 Semua segi terdampak, dengan dampak pukulan yang tak dapat di ramalkan kapan akan berakhir. Semua lini menghadapi kenyataan pahit ini, tidak hanya sektor ekonomi namun sektor pendidikan juga menghadapi masalah yang cukup besar dampaknya pada pencapaian amanat UUD 1945 "Mencerdasakan kehidupan bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia..."

Berbagai upaya di lakukan misalkan di terapkannya PJJ di masa BDR. Hal ini di lakukan untuk memastikan bahwa usaha mencerdaskan anak bangsa generasi penerus tidak pernah berhenti. Namun harus di yakini bahwa perubahan pola pengajaran tidak serta merta dapat di ikuti oleh pelaksana di dalamnya yakni guru itu sendiri. Dalam banyak kesempatan pemerintah menemukan ketidaksiapan beberapa guru menghadapi pola pendidikan daring. Mulai dari ketidaksiapan menyediakan media, penggunaan peralatan platform daring benar-benar menjadi masalah yang cukup krusial di kalangan dunia pendidikan. Dilain sisi pandemi akibat covid 19 tidak juga kunjung usai. Akibat kenyataan ini tentu saja kegiatan daring tidak dapat maksimal bahkan seringkali dianggap tidak berarti apa-apa jika dibandingkan dengan luring/tatap muka. Menyikapi kenyataan ini Kementrian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi selaku kementrian yang di amanatkan UU guna mengatur pelaksanaan pendidikan di negara kita tercinta ini mengeluarkan berbagai macam program  berbasis online. Sebut saja di dalamnya pengadaan akun belajar.id, guru berbagi, guru penggerak, sekolah penggerak dan masih banyak lagi program-program lainnya.

Dalam tulisan ini saya selaku penulis ingin menyampaikan apa yang saya alami di program online Kementrian Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi. Pengaktifan akun belajar.id dengan beragam manfaat tersinkron di dalamnya akibat kerjasama pemerintah dengan pihak-pihak lainnya secara global sebagai penyedia aplikasi android maupun IOS. Misalkan saja setiap pemilik akun belajar.id yang mengajukan pengusulan akun premium ke aplikasi canva maka akan mendapatkan akun canva premium secara gratis. Demikian pula kerjasama pemerintah dengan raksasa internet dunia yakni google menyediakan keluasan penyimpanan tanpa batas pada google drive dan segala aplikasi buatan google secara gratis misalnya google spreadsheet, google form dan masih banyak lagi kesemua ini di sediakan pemerintah guna memastikan tersedianya ruang bagi insan pendidikan yakni guru khususnya untuk menjadi pelaku produktif dalam melaksanakan pembelajaran di masa pandemi ini.

Guna mengisi nutrisi gurunya. Kementrian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi salah satu kegiatannya adalah program guru penggerak yang saya ikuti ini. Program ini dengan banyak rangkaian kegiatannya yang cukup panjang. Memerlukan energi dan semangat baja guna mencapai hasil terbaik. Memilih guru-guru dari seluruh pelosok tanah air dengan beragam kondisi geografis, budaya, latar belakang pendidikan, tingkat sekolah yang di ampu dengan beragam kegiatan seleksinya akhirnya menemukan guru-guru hebat yang di didik dalam program guru penggerak ini oleh para praktisi pendidikan yang mumpuni pula yang tentunya juga telah melewati tahapan seleksi. Hasilnya berkecimpunglah saya yang salahsatunya sebagai CGP (Calon Guru Penggerak) dari Kabupaten Sumbawa Propinsi Nusa Tenggara Barat di bawah naungan PPPPTK PKn dan IPS dengan menugaskan Bu Winarti, S.Pd, M.Pd selaku fasilitator dan Pak Mustamar, S.Pd selaku fasilitator praktik.

Kegiatan minggu ini memperkenalkan pembahasan utama tentang penyiapan salahsatu perangkat kegiatan pembelajaran yang merupakan senjata utama seorang guru untuk menjamin keberhasilan ketatalaksanaan kegiatan pembelajaran yang di lakukannya. Kami di ajarkan tentang RPP Berdiferensiasi yang lahir guna memastikan proses belajar yang memenuhi kebutuhan belajar siswa sesuai dengan kesiapan belajar, minat belajar dan profil belajar siswa. Di dalamnya juga di kenal tahapan-tahapannya yakni diferensiasi konten (apa yang kita ajarkan), diferensiasi proses (mengacu bagaimana murid memaknai tentang materi yang dipelajari) dan diferensiasi produk (tagihan apa yang di harapkan dari murid setelah selesai pembelajaran).

Apakah penyiapan RPP berdiferensiasi ini mudah, untuk saat ini saya masih sangat haus akan beragam informasi, koreksi serta contoh-contoh dari fasilitator saya ataupun melewati tahapan bimbingan langsung berupa pendalaman saat tatap muka daring dengan instruktur. Berbagai catatan-catatan perbaikan terhadap tugas individu maupun kelompok saya dari Bu Winarti selaku fasilitator guna membangun pemahaman saya untuk dapat mendaki ke tahap lebih baik sebagaimana di lukiskan lewat poster bergambar pohon dengan banyak orang bernomor di posisinya masing-masing pada pohon tersebut oleh Bu Amalia Jiandra Tiasari. Gambar tersebut menggambarkan guna kita CGP merefleksikan diri kita saat ini dengan beragam rangkaian kegiatan berdiferensiasi yang kita ikuti telah berada di tahap mana? Biasa saja, bergerak maju, telah paham atau pemahaman makin mendalam untuk siap mengaplikasikan ilmunya.

Kegiatan kunjungan fasilitator pendamping praktikpun tidak kalah serunya. Kunjungan beliau ke sekolah secara langsung menghadirkan kuisioner pada peserta didik, rekan sejawat dan kepala sekolah. Kuisioner untuk peserta didik di lambangkan pilihannya dengan emoji. Nah ini seakan mengisyaratkan kepada kita agar senantiasa siap menjadi pelaku pembelajaran online/daring menghadapi tantangan pandemi covid 19 ini. Meskipun pemerintah Kabupaten Sumbawa lewat Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sumbawa menerapkan pada daerah 0% covid 19 guna melaksanakan PTMT (Pertemuan Tatap Muka Terbatas) tentunya dengan prokes yang ketat. 

Anak-anak selaku siswa SDN SP 3 Prode tentunya menyambut dengan gembira, telah di bolehkannya mereka bersekolah kembali karena desa SP 3 Prode 0% kejadian covid. Kegiatan dilakukan dengan pola shift. Untuk menghindari terjadinya penumpukan jumlah siswa pada ruang kelas maupun lingkungan sekolah pada jam tertentu dan hari tertentu. Sekolah dan guru berkewajiban memastikan berlakunya prokes demi keberlangsungan kegiatan PTMT di sekolahnya masing-masing

Demikian aliran pengalaman minggu ini yang dilukiskan lewat pola pemikiran dalam tulisan. Semoga ke depannya pemahaman saya semakin baik. Akhirnya SALAM PERUBAHAN SALAM GURU PENGGERAK 

SAYA ANDY KURNIAWAN, S.Pd.SD TETAP SEMANGAT MENGIKUTI PROGRAM HINGGA AKHIR DAN MENGAPLIKASIKANNYA KE MASA DEPAN

Tidak ada komentar: